Selasa, 22 November 2011

ANCAMAN SUFMUTI DI KABUPATEN TTU

A.    Pendahuluan
Permasalahan utama dalam usaha peternakan di Negara-negara tropis termasuk Indonesia adalah factor suhu lingkungan yang cukup tinggi. Kondisi ini berdampak langsung pada metabolisme dan termoregulasi dalam tubuh ternak. Lingkungan yang relative panas menyebabkan sebagian ternak akan enggan makan sehingga secara kuantitas asupan zat makanan nutrient yang masuk dalam tubuh jadi berkurang. Disamping factor suhu, ketersediaan  hijauan pakan ternak yang berfluktuasi turut mempengaruhi keadaan.
Ketersediaan pakan ternak yang berfluktuasi dipengaruhi oleh iklim dimana pada musim kemarau terjadi kekurangan hijauan dan pada musim kemarau hijauan melimpah. Disamping itu mutu pakan ternak di daerah tropis ini sangat rendah dengan ditandai oleh kadar serat yang tinggi dan protein kasar yang rendah. Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak terutama pada daerah yang menghadapi masalah akibat kekruangan hijauan pakan ternak karena invasi gulma yang sulit diatasi salah satu gula sulit diatasi adalah kirinyu (Choromolaena Odorata), dimana kehadirannya tidak dikehendaki dalam suatu areal tertentu karena dianggap mengganggu tanaman/tumbuhan asli.
Penyebaran kirinyu (Choromolaena Odorata) berasal dari amerika tengah, tetapi kini telah menyebar ke daerah-daerah tropis dan subtropics. Gulma ini dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah dan tubuh lebih baik lagi apabila mendapat cahaya matahari yang cukup (Vanderwoude et al. 2005). Kondisi yang ideal bagi gulma ini adalah dengan curah hujan > 100 mm/thn (Binggeli, 2007). Dengan demikian gulma ini dapat tumbuh  dengan baik di tempat-tempat terbuka seperti padang rumput, tanah terlantar yang tidak terawat.
B.     Penyebaran Kirinyu (Choromolaena Odorata)/Sufmuti (Dawan)
Mc fadyen dalam Wilson dan widayanto (2004) memperkirakan bahwa kirinyu (Choromolaena Odorata) menyebar di kepulauan Indonesia sejak perang dunia II. Laporan pertama mengenai keberadaan kirinyu (Choromolaena Odorata) yaitu sejak keberadaannya di cagar alam pananjung jawa barat yang menyebabkan berkurangnya pakan ternak Banteng akibat invasi gulma ini. Daerah-daerah penyebaran kirinyu (Choromolaena Odorata) di Indonesia adalah Sumatra, Kalimantan, Lombok, Sumbawa, Flores, Timor, Sulawesi dan Irian Jaya. Wilson dan widayanto (2004).
C.    Karakteristik Kirinyu (Choromolaena Odorata)
Kirinyu (Choromolaena Odorata) termasuk keluarga anteraceae/compositae. Daunnya berbentuk oval, bagoan bawah daun lebih lebar, makin keujung makin runcing. Panjang daun 6-10 cm dan lebarnya 3-6 cm. tepi daun bergerigi, menghadap ke pangkal. Letak daun berhadap-hadapan, karang bunga terletak di ujung cabang. Setiap karangan terdiri dari 20-35 bunga. Warna bunga selagi muda kebiru-biruan, semakin tua menjadi coklat. kirinyu (Choromolaena Odorata) berbunga pada musim kemaraupembungaanya serentak selama 3-4 minggu ( Prawiradiputra,1985). Saat biji  masak tumbuhan mongering. Pada saat biji pecah terbawah angin. Kira-kira satu bulan setelah awal musim hujan, potongan batang, cabang dan pangkal batang bertunas kembali. Biji-biji yang jatuh ke tanah juga mulai berkecambah sehingga dalam waktu dua bulan berikutnya kecambah dan tunas-tunas telah terlihat mendominasi area.  Gulma ini dapat tumbuh pada ketinggian 1000-2800 m dpl.
D.    Anacaman (Chromolaena Odorata) Terhadap Padang Pengembalaan Di TTU
1.      Peternakan bagi masyarakat TTU
Dunia peternakan di NTT merupakan salah primadona selain cendana yang cukup mengharumkan nama daerah  ter-Timur dari Indonesia ini. Sebagian masyarakatnya menggantungkan hidup mereka pada peternakan. Walaupun hanya merupakan pekerjaan sambilan saja akan tetapi mampu menghidupi masyarakat dari segi ekonomi. Disebut pekerjaan sambian karena model penerapannya yang bersifat tradisional yakni ternak yang dipelihara dengan cara dilepas begitu saja pada padang dan digembalakan. Karena kepercayaan masyarakat akan perkembanganbiakan ternak yang dilepas sangat cepat sehingga memperkuat asumsi mereka untuk mengebangkan peternakan dengan cara tradisional. Selain factor diatas, padang pengembalaan yang begitu luas sehingga mendukung peternakan di daerah ini.
2.      Ancamannya bagi peternak tradisional di TTU
TTU merupakan salah satu daerah yang mempunyai andil dalam mengharumkan nama NTT dalam dunia peternakan. Sekitar 50% lahan yang ada di TTU adalah padang pengembalaan. Dewasa ini dengan perkembangan  ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertambahan penduduk yang begitu cepat sehingga menyebabkan penyempitan luasan padang pengembalaan akibat pemukiman.
Selain factor diatas adapula factor extrim yang sangat menggagu peternakan didaerah ini.  Factor tersebut adalah gulma kirinyu (chormolaena odorata) termasuk dalam jenis gulma. yang kehadirannya tidak dikehendaki pada suatu area atau pada lokasi tanaman lain tumbuh. Di TTU masyarakat menyebutnya dengan sufmuti. Biasanya ditemukan di lahan masyarakat, padang pengembalaan dan hampir disemua tempat ia dapat tumbuh dengan subur.  Bagi masyarakat di daerah ini gulma semacam ini merupakan tumbuhan yang sangat sulit untuk dimusnahkan.
Pada bidang peternakan di daerah ini kirinyu (chormolaena odorata) / (sufmuti) `dawan` dapat mennyebabkan :
a.       Lahan pengembalaan/padang pengembalaan semakin sempit
Peternakan di TTU bergantung pada padang pengembalaan karena ketersediaan pakan bagi ternak yang bersifat musiman sehingga menyebabkan penyempitan padang pengembalaan bagi peternak tradisional sehingga populasi peternakan semakin berkurang karena ruang gerak yang sempit.  
b.      Penurunan produksi pakan ternak
Pertumbuhan (chormolaena odorata) / (sufmuti) `dawan` yang terus meningkat menyebabkan pertumbuhan pakan ternak semakin berkurang akibat persaingan untuk mendapatkan asupan makanan dari tanah. Karena sifat dasar dari tanaman ini yang mengganggu bahkan mematikan bagi tanaman lain.
c.       Mematikan ternak karena beracun
Kirinyu (chormolaena odorata) / (sufmuti) `dawan` mengandung zat yang beracun sehingga menyebabkan kematian pada ternak bila dimakan.
d.      Berlindungnya serangga dan kuman
Karena kerimbunan gulma ini membuat serangga dan kuman penyakit dapat bersembunyi dengan aman, apabila dimakan ternak akan menyebabkan ternak mati.


Referensi :

KLH (2002) Keanekaragaman Jenis Hayati dan Pengendalian Jenis Asing Invasive.
 KLH-the Nature Conservancy ; Jakarta
Bingeli P. 1997. chromolaena odorata. Woody palnt ecology.
 13 januari 2006
Kode Widget atau tulisan anda ada di sebelah kiri disini
Kode Widget atau tulisan anda ada di sebelah kanan disini