Dua ekor cecak
bercengkrama di langit-langit teras. Pa Panjul mengamati sambil sesekali
tertawa. Cecak yang satu mengejar, yang dikejar lari bersebunyi dibalik celah
kayu, tetapi ekornya menari-nari.
“Ckckrkckckc”, kata
cecak satunya.
“Krrrrrr” jawab cecak
satunya lagi.
Pa panjul tertawa lagi.
Ia ingat masa kecilnya saat bermain petak umpet bersama-teman-temannya. Bu
Panjul yang mendengarkan dari dalam kamar jadi penasaran sendiri.
“Ada apa sih,
ketawa-ketawa sendiri? Nanti disagka orang yang bukan-bukan lho! Sore-sore
begini ko, ketawa sendiri” ka bu Panjul!
“memangnya nggak bole
ketawa sendiri? Kan. Nggak ada yang melarang!” kata pa Panjul.
“Ngetawain saya ya?”
“Nggak!”
“Terus Ngetawain siapa
kalau begitu?”
“Cecak!”
“Nggak percaya!” kata
Bu Panjul bertambah ketus.
Inilah awal pertikaian
mereka. Bu Panjul merasa dirinya barang tertawaan belaka yang lebih celaka
lagi, pa Panjul tidak mau mengakui kalau ia memang menertawakan Bu Panjul.
“Lo, kamu, sudah
dibilang kalau aku ini menertawakan cecak!” kata Pa Panjul.
“Bohong lagi. Jadi,
sudah dua kali bohong.
Kalau nggak tahu bahasa
cecak, bagaimana Bapak bisa ketawa?” Tanya Bu Panjul.
Pa Panjul mati kutu.
Tidak bisa menjawab pertanyaan, ia memilih diam saja. Atas sikap itu Bu Panjul
menjadi marah besar. Katanya, Pa Panjul menyembunyikan sesuatu. Punya rahasia.
“Huh”. Bu Panjul sebal sekali.
Pa Panjul yang kena
getahnya sekarang tidak ada sarapan pgi, kopi pagi, bahkan makan malam. Sekedar
camilan juga tidak tersedia. Pa Panjul pusing. Ia mencari akal supaya Bu panjul
luluh hatinya.
“Istriku, aku menyerah,
sekarang apa yang kamu minta akan saya turuti”. kata Pa Panjul.
“Suamiku saya mau kamu
mengajarkan saya bahasa cecak!” kata Bu Panjul.
“Plok!” Pa Panjul
langsung menepuk jidatnya sendiri.
“Ya, sudah kalau nggak
mau. Terpaksa Bapak masak masak sendiri!” kata Bu Panjul beranjak pergi. Apa
boleh buat, Pa Panjul akhirnya memutar otak lagi. Setelah beberapa menit
akhirnya ia mendapat ide cemerlang.
“Ya, baiklah istriku
saya akan mengajarkan bahasa cecak kepada mu. Tetapi, kamu harus merahasiakan
hal ini. Soalnya ilmuku bisa hilang kalau rahasia ini terbongkar!” pesan pa
panjul.
Sore itu, diteras rumah
Pa Panjul dan Bu Panjul duduk bersama, menunggu cecak berkumpul dan berbicara.
Tentu saja sebenarnya Pa Panjul tidak mengerti seperti apa bahasa cecak. Akan
tetap, demi istrinya tercinta ia rela berbohong.
“Itu dia sudah datang
sepasang cecaknya!” kata Bu Panjul sambil menunjuk ke langit-langit teras.
“Ckrckcckckcrr” kata
cecak yang dipojok.
“Ckckckck,” jawab cecak
satunya.
“Nah, apa artinya?”
Tanya Bu Panjul.
“Eh, tapi kamu nggak
bole ketawa, ya?
Katanya, sesama cecak dilarang saling mendahului,”
kata Pa Panjul asal saja.
Bu Panjul tertawa renyah, untunglah Bu Panjul mau
percaya mengapa?
Bu panjul tertawa karena sepengetahuan bu panjul,
baru kali ini Pa Panjul berbohong.
Kode Widget atau tulisan anda ada di sebelah kiri disini
Kode Widget atau tulisan anda ada di sebelah kanan disini