Kamis, 03 Januari 2013

BAHASA CECAK



Dua ekor cecak bercengkrama di langit-langit teras. Pa Panjul mengamati sambil sesekali tertawa. Cecak yang satu mengejar, yang dikejar lari bersebunyi dibalik celah kayu, tetapi ekornya menari-nari.
 

“Ckckrkckckc”, kata cecak satunya.
“Krrrrrr” jawab cecak satunya lagi.
Pa panjul tertawa lagi. Ia ingat masa kecilnya saat bermain petak umpet bersama-teman-temannya. Bu Panjul yang mendengarkan dari dalam kamar jadi penasaran sendiri.
“Ada apa sih, ketawa-ketawa sendiri? Nanti disagka orang yang bukan-bukan lho! Sore-sore begini ko, ketawa sendiri” ka bu Panjul!
“memangnya nggak bole ketawa sendiri? Kan. Nggak ada yang melarang!” kata pa Panjul.
“Ngetawain saya ya?”
“Nggak!”
“Terus Ngetawain siapa kalau begitu?”
“Cecak!”
“Nggak percaya!” kata Bu Panjul bertambah ketus.
Inilah awal pertikaian mereka. Bu Panjul merasa dirinya barang tertawaan belaka yang lebih celaka lagi, pa Panjul tidak mau mengakui kalau ia memang menertawakan Bu Panjul.
“Lo, kamu, sudah dibilang kalau aku ini menertawakan cecak!” kata Pa Panjul.
“Bohong lagi. Jadi, sudah dua kali bohong.
Kalau nggak tahu bahasa cecak, bagaimana Bapak bisa ketawa?” Tanya Bu Panjul.
Pa Panjul mati kutu. Tidak bisa menjawab pertanyaan, ia memilih diam saja. Atas sikap itu Bu Panjul menjadi marah besar. Katanya, Pa Panjul menyembunyikan sesuatu. Punya rahasia. “Huh”. Bu Panjul sebal sekali.
Pa Panjul yang kena getahnya sekarang tidak ada sarapan pgi, kopi pagi, bahkan makan malam. Sekedar camilan juga tidak tersedia. Pa Panjul pusing. Ia mencari akal supaya Bu panjul luluh hatinya.
“Istriku, aku menyerah, sekarang apa yang kamu minta akan saya turuti”. kata Pa Panjul.
“Suamiku saya mau kamu mengajarkan saya bahasa cecak!” kata Bu Panjul.
“Plok!” Pa Panjul langsung menepuk jidatnya sendiri.
“Ya, sudah kalau nggak mau. Terpaksa Bapak masak masak sendiri!” kata Bu Panjul beranjak pergi. Apa boleh buat, Pa Panjul akhirnya memutar otak lagi. Setelah beberapa menit akhirnya ia mendapat ide cemerlang.
“Ya, baiklah istriku saya akan mengajarkan bahasa cecak kepada mu. Tetapi, kamu harus merahasiakan hal ini. Soalnya ilmuku bisa hilang kalau rahasia ini terbongkar!” pesan pa panjul.
Sore itu, diteras rumah Pa Panjul dan Bu Panjul duduk bersama, menunggu cecak berkumpul dan berbicara. Tentu saja sebenarnya Pa Panjul tidak mengerti seperti apa bahasa cecak. Akan tetap, demi istrinya tercinta ia rela berbohong.
“Itu dia sudah datang sepasang cecaknya!” kata Bu Panjul sambil menunjuk ke langit-langit teras.
“Ckrckcckckcrr” kata cecak yang dipojok.
“Ckckckck,” jawab cecak satunya.
“Nah, apa artinya?” Tanya Bu Panjul.
“Eh, tapi kamu nggak bole ketawa, ya?
Katanya, sesama cecak dilarang saling mendahului,” kata Pa Panjul asal saja.
Bu Panjul tertawa renyah, untunglah Bu Panjul mau percaya mengapa?
Bu panjul tertawa karena sepengetahuan bu panjul, baru kali ini Pa Panjul berbohong.
Kode Widget atau tulisan anda ada di sebelah kiri disini
Kode Widget atau tulisan anda ada di sebelah kanan disini